BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Teknik
Sipil adalah salah satu cabang ilmu teknik yang mempelajari tentang bagaimana
merancang, membangun, merenovasi tidak hanya gedung dan infrastruktur, tetapi
juga mencakup lingkungan untuk kelangsungan hidup manusia. Teknik Sipil
mempunyai ruang lingkup yang luas, didalamnya pengetahuan matematika, fisika,
kimia, biologi, geologi, lingkungan hingga komputer mempunyai peranannya
masing-masing.
Terdapat
berbagai cabang-cabang ilmu Teknik Sipil adalah sebagai berikut ; Struktural,
Geoteknik, Manajemen Kontruksi, Hidrologi, Teknik Lingkungan, Transportasi,
Informatika Teknik Sipil. Salah satu cabang Ilmu Informatika Teknik Sipil yang
ada di Politeknik Negeri Bali yaitu program studi D3 Teknik Sipil (Aplikasi
Komputer Rancang Bangun).
Dalam
perkuliahan di program studi D3 Teknik Sipil mengambil sistem pembelajaran
teori maupun praktek. Dari pembelajaran praktek yang ada di program studi D3
Teknik Sipil semester 3 salah satunya yaitu praktek pengujian tanah.Sebelum
pembuatan pondasi dari suatu bangunan, pasti akan dilakukan timbunan pada
daerah yang akan dijadikan pondasi. Tentunya menimbunnya dengan tanah. Pada
pembuatan timbunan tanah untuk jalan raya, dam tanah, dan banyak struktur
teknik lainnya, tanah yang lepas (renggang) haruslah dipadatkan untuk meningkatkan
berat volumenya. Pemadatan tersebut berfungsi untuk meningkatkan kekuatan
tanah, sehingga dengan demikian meningkatkan daya dukung pondasi di atasnya.
Pemadatan juga dapat mengurangi besarnya penurunan tanah yang tidak diinginkan
dan meningkatkan kemantapan lereng timbunan (embankments).
Dalam
timbunan tanah itu terdapat pori-pori atau rongga udara. Jika di dalam tanah
masih terdapat pori-pori atau rongga udara maka tanah itu belum cukup kuat
untuk menahan beban dari bangunan yang ada di atasnya. Sehingga sangat
berbahaya jika sebuah bangunan dibangun di atas tanah yang masih terdapat
pori-pori atau rongga udaranya. Untuk mengatasi hal itu, maka dilakukanlah
proses pemadatan sebelum membangun bangunan di atasnya. Setelah tanah ditimbun
pada tempat yang akan dilakukan pembangunan, dilakukanlah proses pemadatan agar
tanah lebih kuat, tidak mengalami pergeseran dan tidak mengalami perubahan
volume. Pemadatan adalah peristiwa berkurangnya rongga udara yang menyebabkan
butir-butir tanah merapat satu sama lain sebagai akibat dari beban dinamis.
Menurut (Hardiyatmo:2004) tujuan pemadatan tanah antara lain :
1.)
Menaikkan kekuatan tanah.
2.)
Mengurangi sifat mudah mampat (kompresibilitas).
3.)
Mengurangi hydraulic compressibility/permeabilitas.
4.)
Mengurangi potensi likuifaksi.
5.)
Mengontrol shrinkage dan swelling.
6.)
Menaikkan daya tanah terhadap erosi.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
prinsip kerja dan hasil dari uji Permeabilitas?
2. Bagaimana
Prinsip kerja dan hasil dari uji Konsolidasi?
3. Bagaimana
Prinsip kerja dan hasil dari uji Proctor?
4. Bagaimana
Prinsip kerja dan hasil dari uji Sand Cone?
5. Bagaimana
Prinsip kerja dan hasil dari uji CBR Design?
6. Bagaimana
Prinsip kerja dan hasil dari uji DCP?
1.3 Tujuan
Praktek
Tujuan dari
pelaksanaan Praktek Pengujian Tanah 2 adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa
mengerti cara kerja dari alat-alat yang ada pada uji Permeabilitas dan
mendapatkan hasil dari uji Permeabilitas.
2. Mahasiswa
mengerti cara kerja dari alat-alat yang ada pada uji Konsolidasi dan
mendapatkan hasil dari uji Konsolidasi.
3. Mahasiswa
mengerti cara kerja dari alat-alat yang ada pada uji Proctor, mendapatkan hasil
dari uji Proctor, dan pahan dengan perbedaan modified den standar proctor.
4.
Mahasiswa mengerti cara kerja dari alat-alat yang ada
pada uji Sand Cone dan mendapatkan hasil dari Sand Cone.
5.
Mahasiswa mengerti cara kerja dari alat-alat yang ada
pada uji CBR Design dan mendapatkan hasil dari uji CBR Design .
6.
Mahasiswa mengerti cara kerja dari alat-alat yang ada
pada uji DCP (CBR lapangan) dan mendapatkan hasil dari uji DCP.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
PENGUJIAN PERMEABILITAS
i.
Pengertian
Permeabilitas Tanah
Jamulya dan Suratman Woro Suprodjo (1983), mengemukakan
bahwa permeabilitas adalah cepat lambatnya air merembes ke dalam tanah baik
melalui pori makro maupun pori mikro baik ke arah horizontal maupun vertikal.
Tanah adalah kumpulan partikel padat dengan rongga yang saling
berhubungan. Rongga ini memungkinkan air dapat mengalir di dalam partikel
melalui rongga dari satu titik yang lebih tinggi ke titik yang lebih rendah.
Sifat tanah yang memungkinkan air melewatinya pada berbagai laju alir tertentu
disebut permeabilitas tanah. Sifat ini berasal dari sifat alami granular tanah,
meskipun dapat dipengaruhi oleh faktor lain (seperti air terikat di tanah
liat). Jadi, tanah yang berbeda akan memiliki permeabilitas yang berbeda.
Koefisien permeabilitas terutama tergantung
pada ukuran rata-rata pori yang dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel,
bentuk partikel dan struktur tanah. Secara garis besar, makin kecil ukuran
partikel, makin kecil pula ukuran pori dan makin rendah koefisien
permeabilitasnya. Berarti suatu lapisan tanah berbutir kasar yang mengandung
butiran-butiran halus memiliki harga k yang lebih rendah dan pada tanah ini
koefisien permeabilitas merupakan fungsi angka pori. Kalau tanahnya
berlapis-lapis permeabilitas untuk aliran sejajar lebih besar dari pada
permeabilitas untuk aliran tegak lurus. Lapisan permeabilitas lempung yang
bercelah lebih besar dari pada lempung yang tidak bercelah (unfissured).
Hukum Darcy
menjelaskan tentang kemampuan air mengalir pada rongga-rongga (pori) dalam
tanah dan sifat-sifat yang memengaruhinya. Ada dua asumsi utama yang digunakan
dalam penetapan hukum Darcy ini. Asumsi pertama menyatakan bahwa
aliran fluida/cairan dalam tanah bersifat laminar. Sedangkan asumsi kedua
menyatakan bahwa tanah berada dalam keadaan jenuh.
Studi mengenai aliran air
melalui pori-pori tanah berguna pada pembangunan bendung, terutama untuk
memperkirakan jumlah rembesan didalam tanah dan menganalisa kestabilannya,
menyelidiki permasalahan-permasalahan yang menyangkut pemompaan air untuk
konstruksi di bawah tanah dan menganalisa kestabilan suatu konstruksi dinding
penahan tanah yang terkena gaya rembesan. Beberapa nilai koefisien rembesan
diberikan pada tabel dibawah ini yang dapat dipakai sebagai pembanding dalam
melakukan pengujian dilaboratorium.
Tabel
Harga-harga koefisien rembesan
pada beberapa jenis tanah/material (Das 1985)
Jenis
Tanah
|
k
|
|
Cm/dt
|
Ft/menit
|
|
Kerikil
|
1-100
|
2-200
|
Pasir Kasar
|
1-0,01
|
2-0,02
|
Pasir Halus
|
0,01-0,001
|
0,02-0,002
|
Lanau
|
0,001-0,00001
|
0,002-0,00002
|
Lempung
|
<0,00001
|
<0,00002
|
ii.
Langkah
kerja
i.
Alat
1.
Alat Permeabilitas jenis Falling Head
2.
Batu pori
3.
Kertas saring
4.
Buret atau tabung gelas pengukur lengkap dengan
pemegangnya
5.
Stopwach
6.
Thermometer
7.
Lem kayu
ii.
Penyiapan Contoh Tanah
a.
Sampel dapat berupa tanah asli (undisturbe) yang didapat
dari proses pengeboran atau tanah disturbe hasil dari proses pemadatan standar
atau modified.
b.
Alat yang tersedia pada laboratorium tanah Teknik Sipil
PNB diperuntukkan untuk sampel hasil proses pemadatan, jadi sampel hasil
pemadatan pada mould langsung sebagai benda uji seperti terlihat pada gamabar
diatas.
c.
Bila sampel yang diuji berupa tanah asli, maka
diperuntukan tabung sampel khusus yang dapat diuji permeabilitasnya.
iii.
Pelaksanaan
1.
Mengukur dan mencatat diameter dari buret (tabung gelas
pengukur) dan permeameter.
2.
Menimbang berat permeameter ditambah batu pori dan kertas
saring samapai ketelitian 0,1 grm.
3.
Memasukkan contoh tanah kedalam permeameter dengan
terlebih dahulu menempatkan batu pori dibagian atas dan bawah permeameter,
sehingga benda uji yang sudah dilapisi kertas saring terapit oleh kedua batu
pori.
4.
Menimbang permeameter yang sudah terisi contoh tanah,
batu pori dan kertas saring.
5.
Celah antara contoh tanah dan permeameter diberi lem kayu
agar air tidak dapat lewat celah-celah tersebut.
6.
Meletakkan permeameter yang sudah terisi benda uji pada
tempatnya kemudian ditutup dan dihubungkan dengan buret.
7.
Tutup keran pada buret dan isi buret dengan air.
8.
Menjenuhkan contoh tanah dengan cara membuka kran pada buret dan membiarkan air mengalir
melalui contoh tanah sampai air keluar dari bagian bawah permeameter.
9.
Mengisi buret kembali dengan air sampai suatu ketinggian
dan diukur dari sisi bawah contoh tanah (H1).
10.
Mengalirkan air dan stopwach dihidupkan. Biarkan air
mengalir melalui contoh tanah hingga air dalam buret menjadi kosong atau
mencapai ketinggian tertentu. Stopwach dimatikan, catat ketinggian muka air
pada buret (H2).
11.
Suhu air dalam buret diukur.
12.
Buret diisi kembali dengan air dan percobaan diulangi dua
kali lagi dengan mengambil nilai H1 dan H2 sama dengan
sebelumnya. Suhu air dalam setiap percobaaan dicatat.
iv.
Hasil
DATA
PEMERIKSAAN PERMEABILITAS (FALLING HEAD)
Proyek : Pengujian Tanah 2
Lokasi : Kampus Bukit Jimbaran
Dites
Oleh : Kelompok 2 IIIB D4
Lab
: POLITEKNIK NEGERI BALI
Tanggal : Jumat,
18 Desember 2015
Rumus :
Resume :
|
||||
Pengujian
|
1
|
2
|
3
|
4
|
Nilai k
|
0.00002259
|
0.00001745
|
0.00001728
|
0.00001789
|
Rata-rata
|
0.00001881
|
Dari
nilai k (Metode Modified )
diatas terlihat bahwa nilai k sangat kecil sehingga tanah tersebut merupakan
tanah lempung.
Secara umum penurunan pada tanah yang disebabkan oleh
pembebanan dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu penurunan konsolidasi dan
penurunan segera.Penurunan konsolidasi merupakan hasil dari perubahan volume
tanah jenuh air sebagai akibat dari keluarnya air pori tanah.Keluarnya air dari
dalam pori-pori tanah selalu disertai dengan berkurangnya volume tanah , yang
menyebabkan terjadinya penurunan pada lapisan tanah tersebut. Karena air pori
didalam tanah berpasir dapat mengalir keluar dengan cepat, maka penurunan
segera dan penurunan konsolidasi terjadi bersama.
Bila
suatu lapisan tanah lempung jenuh air diberi penambahan beban,maka yang pertama
terjadi adalah penurunan segera. Karena koefisien rembesan lempung sangat
kecil, maka penambahan tekanan pori yang disebabkan oleh penambahan pembebanan
akan berkurang sedikit demi sedikit dalam waktu yang lama.
i.
Tujuan
:
1. Untuk
dapat membandingkan angka pori
2. Untuk
mencari angka pori
3. Untuk
mencapai pemanfaatan tanah secara optimal, melalui peningkatan efesiensi dan
produktifitas penggunaan tanah
4. Untuk
mengetahui penurunan tanah terhadap waktu
ii.
Alat
:
1. Sel
konsolidasi dan alat pembebanan
2. Arloji
pengukur (dial) dengan ketelitian 0.01 mm dan panjang gerak tanggkai minimum
1,0 cm
3. Beban-beban
4. Extruder
5. Pemotong
tanah yang dibuat dari baja tipis, serta pisau kawat
6. Pemegang
cincin
7. Neraca
(balance) ketelitian 0.1 gram
8. Oven
9. Stopwatch
iii.
Langkah
kerja :
A.
Penyiapan
contoh tanah
1. Tanah
tidak terganggu (undistrube) dikeluarkan dengan extruder
2. Tanah
dimasukkan dalam ring konsolidasi dengan menekan cincin konsolidasi diatas
tanah yang keluar tabung sampel
3. Potong
kelebihan tanah dari ring konsolidasi dengan pisau secara hati-hati sehingga
permukaan sampel dalam ring konsolidasi menjadi rata
4. Sampel
siap diuji dalam konsolidasimeter (oedometer)
B. Pelaksanaan
1. Cincin
(bagian dari sel konsolidasi dibersihkan dan dikeringkan kemudian di timbag dengan
ketelitian 0.1 gram
2. Batu
pori diletkkan dibagian atas dan bawah dari cincin sehingga benda uji yang
sudah dilapisi dengan kertas saring bterapit oleh kedua batu pori kemudian
dimasukkan kedalam sel konsolidasi
3. Pelat
penumpu dipasang diatas batu pori
4. Sel
konsolidasi yang sudah berisi benda uji diletakkan pad alat konsolidasi
sehingga bagian yang runcing dari pelat penumpu menyentuh tepat pada alat
pembebanan
5. Kedudukan
arloji diatur kemudian dibaca dan dicatat
6. Beban
pertama dpasing sehingga tekanan pada benda uji sebesar 0.25 kg/cm2 ,
kemudian arloji dibaca dan dicatat pada detik 9.6 detik, 15 detik, 21.6 detik,
38.4 detik, 1 menit, 2.25 menit, 4, 9, 16, 25, 36, 49 menit. Beban pertama ini
dibiarkan bekerja sampai pembacaan arloji tetap (tidak terjadi penurunan lagi),
biasanya 24 jam sudah dianggap cukup. Sesudah 1 menit pembacaan sel konsolidasi
diisi dengan air
7. Setelah
pembacaan menunjukan angka yang tetap atau setelah 24jam, pembacaan arloji yang
terakhir dicatat. Kemudian dipasang beban yang kedua sebesar beban pertama
sehingga tekanan dua kali, kemudian dibaca dan dicatat arloji (dial)
sesuiadengan cara 6
8. Cara
4 s/d 7 dilakukan untuk beban-bebn selanjutnya. Beban-beban tersebut akan
menimbulkan tekanan normal terhadap benda uji masing-masing sebesar 0.25 kg/cm2,
059 kg/cm2, 1.0 kg/cm2, 2.0 kg/cm2, 4.0 kg/cm2,
8.0 kg/cm2 dan seterusnya
9. Besar
beban maksimum ini biasanya tergantung pada kebutuhan yaitu sesuai dengan beban
yang akan bekerja terhadap lapisan tanah tersebut. Setelah pembebanan mksimum
dan sesuddah menunjukan pembacaan yang tetap, beban dikurangi dalam dua langkah
sampai mencpai beban pertam, misalnya jika dipakai harga-harga tekanan dari
0.25 sampai 80 kg/cm2, maka sebaliknya beban dikurangi dari 8.0
sampai 2.0 kg/cm2, dan sesudah itu dari 2.0 menjadi 0.25 kg/cm2.
Pada waktu beban dikurangi , setiap pembebanan harus dibiarkan bekerja
sekurang-kurangnya selama 5 jam. Arloji penunjuk hanya perlu dibaca sesudah 5
jam yaitu saat sebelum beban dikurangi lagi
10. Segera
setelah pembacaan terakhir dicatat cincin dan benda uji dikeluarkan dari sel
konsolidasi. Batu pori diambil dari permukaan atas dan bawah. Permukaan atas
dan bawah benda uji dikeringkan.
11. Benda
uji dari cincin kemudian timbang dan ditentukan berat kering dan kadar airnya
iv.
Perhitungan
:
a. Dihitung
berat anah basah, berat isi dan kdar air benda uji, sebelum dan sesudah
percobaan, hitung pula berat isi kering tanah
b. Ada
2 cara untuk menggambarkan hasil percobaan konsolidasi. Cara pertama dengan
menggambarkan grafik penurunan terhadap tekanan. Cara kedua adalah membuat grafik angka pori terhadap tekanan.
Pada kedua cara ini untuk harga tekanan dipakai skala loaritma. Bila dipakai
cara pertama, maka pembacaan terakhir pada setiap pembebanan digambarkan pada
grafik terhadap tekanan. Bila dipakai cara kedua maka dilakukan perhitunggan
sbb:
1. Menghitung
tinggi efektif benda uji:
2. Menghitung
besar penurunan total (ΔH) yang terjadi pada setiap pembebanan :
3. Bisa
Juga menggunakan rumus dibawah ini untuk
mencari angaka pori
v.
Hasil Pengujian
Resume :
|
Cc =
|
0.753
|
|
Cs =
|
0.16
|
||
Cv =
|
2.201
|
||
Pc =
|
1.9
|
kg/cm2
|
2.3
UJI PROCTOR
Pada pembuatan timbunan tanah untuk
jalan raya, dam tanah, dan banyak struktur trknik lainnya. Tanah yang lepas
atau renggang haruslah dipadatkan untuk meningkatkan berat volumenya. Pemadatan
tersebut berfungsi untuk kekuatan tanah, sehingga dengan demikian meningkatkan
daya dukung pondasi diatasnya. Pemadatan juga dapat mengurangi besarnya
penurunan tanah yang tidak diinginkan dan meningkatkan kemantapan lereng
timbunan. Penggilas besi berpermukaan halus dan penggilas getar adalah
alat-alat yang umum digunakan dilapangan untuk memadatkan tanah. mesin getar
dalam (vibroflop) juga banyak digunakan untuk pemadatan tanah berbutir. Sampai
kedalaman yang cukup besar dari permukaan tanah. cara pemadatan tanah dengan
system ini disebut vibrolopation (pemampatan getar apung).
i.
Tujuan
1. Meningkatkan
kekuatan/ daya dukung
2. Mengurangi
sifat mudah mampat.
3. Mengurangi
permeabilitas.
4. Mengurangi
perubahan volume sebagai akibat perubahan kadar air.
5. Mendapatkan
Kadar Air (
dan
Kepadatan Kering
ii.
Kajian
Teori
Pemadatan bertujuan untuk
meningkatkan kekuatan /daya dukung ,mengurangi permabiltas , mengurangi
besarnya penurunan dan meningkatkan stabilitas lereng di timbunkan . jika air
ditambahkan pada tanah yang sedang dipadatkan ,air tersebut akan akan berfungsi
sebagai pelumas pada partikel – partikel tanah ,sehingga lebih mudah bergerak
dan bergeser satu sama lain untuk membentuk kedudukan yang lebih rapat.setelah
mencapai kadar air tertentu ,penambahan penambahan kadar air justru cendrung
menuruntak berat volume kering tanah .hal ini disebabkan karena kadar air
menempati ruang /pori-pori yang seharusnya bisa ditempati oleh butir tanah.
kadar air dimana berat volume kering tanah mencapai nilai maksimum disebut
sebagai kadar air optimum.pengujian untuk mendapatkan berat kering maksimum dan
kadar air optimum adalah uji pemadatan proctor ,energy yang dibutuhkan untuk
pemadatan (E) pada pengujian pemadatan dilaboratorium dengan proctor tes dirumuskan sebagai berikut :
iii.
Pengujian
Modified Proctor
a. Alat
Peralatan
yang digunakan pada pengujian ini adalah : cetakan modified ,pemukul modified ,ekstruder,palu
karet ,continer,oven,sendok density ,skraper,ayakan no: 4,ompreng besar,
timbangan kapasitas 20 kg,gelas ukur, mistar ukur, kantong plastic,standar
compaction dengan spesifikasi sebagai berikut:
- Diameter
Pemukul : 50,8 mm
- Berat
Pemukul : 4,5 kg
- Tinggi
Jatuh : 45,7 cm
- Jumlah
Lapisan : 5 Lapisan
- Banyak
Pukulan : 25 Kali /lapis
- Cetakan
Selinder : Diameter 101
b.
Persiapan
Contoh Tanah
1. Bila
contoh tanah yang diterima dilapangan dalam keadaan lembab, keringkan contoh
tanah hingga menjadi gembur.
Pengeringan dilakukan dalam terik matahari atau dengan pengeringan dan suhu
tidak lebih dari 60 C . Kemudian gumpalan – gumpalan tanah tersebut ditumbuk
denan palu karet dan dijaga jangan sampai butiran aslinya menjadi hancur.
2. Tanah
hasil tumbukan disaring dengan saringan diameter 4,75 mm (no:4)
3. Berat
contoh untuk sekali pemadatan 15 kg
4. Benda
uji dibagi menjadibagi menjadi 6 bagian ,dan tiap bagian dicampur dengan air
yang ditentukan perbandingannya dan diaduk sampai merata . tiga bagian dengan
kadar air kira- kira dibawah optimum,sisanya kira-kira diatas kadar air
oftimum.
5. Perbedaan
kadar air masing- masing bagian antar 1-3%.untuk pasir,pasir halus dan lempung
yang plastisitasnya rendah , perbedaan kadar air adalah 2% sedangkan untuk
lempung yang plasitisitasnya tinggi perbedaan kadar air 3%
6. Masing-
masing contoh dibungkus dengan kantong plastic dan dibiarkan selama 1 malam
agar kadar airnya merata.
c.
Pelaksanaan
1.
Timbang cetakan dengan alasnya dengan
ketelitian 1 gr (W1).
2.
Cetakan, leher dan alas disatukan dan
ditempatkan pada alas yang kokoh.
3.
Ambil salah satu dari bungkusan tanah dan
diaduk hingga rata dan padatkan dalam cetakan dengan lengkap sbb :
i.
Jumlah lapisan adalah tiga lapis. Pada
setiap lapisan ditumbuk sebanyak 25 kali dengan penumbuk standar.
ii.
Jumlah tanah yang digunakan diatur
sehingga pada lapis ketiga/terakhir agar kelebihan dari batas atas cetakan
maksimum 0,5 cm.
iii. Dengan
pisau yang tajah atau skaper kuat dan hati-hati kelebihan disekeliling leher
dipotong.
4.
Dengat alat baja/skaper, kelebihan tanah
diratakan dengan permukaan cetakan. Jika terdapat lubang dipermukaan contoh,
maka lubang tersebut diisi lagi dengan contoh halus.
5.
Timbang contoh tanah dengan cetakan dan
alasnya (W2).
6.
Contoh dikeluarkan dari cetakan dengan
menggunakan ekstruder, ambil sebagian untuk pemeriksaan kadar air (w).
7.
Ulangin pemadatan untuk tanah dengan kadar
air yang lain.
8.
Jika kadar air yang terjadi tidak seperti
yang diinginkan, maka kita ambil beberapa contoh tanah yang sama dan padatkan
seperti cara tersebut, dengan tujuan kadar air yang diinginkan dipenuhi.
d.
Perhitungan
1.
Menghitung berat isi tanah basah dalam
grm/cm3
Dimana :
W1= berat cetakan + keping alas
W2 = berat cetakan + kepig alas + tanah
V = volume cetakan
2.
Menghitung berat isi kering dalam grm/cm3.
3.
Gambar grafik berhungan antara γd
dan kadar air (w) dari
masing-masing pengujian seperti Gambar 3.1. Maka akan terlukis sebuah kurva dan
γd
maksimum serta OMC (Oftimum Moisture Content / kadar air optimum) dapat
ditentukan.
4.
Garis ZAV
dapat dilukis dengan persamaan :
Dimana
:
Gs = berat jenis tanah
γd
= berat jenis air
w
= kadar air
5. Besar
daya pemadatan persatuan volume dihitung dengan rumus Berat isi Tanah.
CATATAN
a.
Untuk tanah silt dan clay, petunjuk untuk
nilai OMC (Oftimum Moisture Content/kadar air oftimum) untuk pengujian
pemadatan standar kira-kira 1 – 4 % dibawah plastic limit.
b.
Tanah hasil percobaan bisa digunakan lagi
asal butiran-butiran tanah diyakini tidah pecah dalam pemadatan sebelumnya.
c.
Grafik pemadatan tidak boleh memotong
daris ZAV (Zero Air Void) dan pada kadar air tertinggi akan sejajar dengan
garis tersebut.
e. Hasil
Pengujian
2.4
UJI SAND CONE
Pengujian Sand Cone
adalah tes untuk mengetahui kepadatan tanah yang dilakukan dilaboratorium dan
dilapangan. Tujuan pengujian
kepadatan di lapangan (Sand Cone) yang dilakukan di laboratorium dimaksudkan untuk
mengetahui berapa kepadatan tanah yang dapat direkayasa dilapangan melalui
proses pemadatan. Sedangkan pemadatan di lapangan dimaksudkan untuk perbaikan daya
dukung tanah. Selain itu tujuan uji ini adalah untuk dapat membandingkan Berat
volume kering laboratorium
dengan berat volume kering di lapangan
.
i.
ALAT
1. Sand
pouring cylinder
2. Test
Sand
3. Density
spoon
4. Density
chisel
5. Density
hand pick
6. Balance
cap 20 – 1g
7. Balance
cap 500 – 0,1g
ii.
METODE
1. Menentukan
isi botol pasir
-
Timbang alat (botol + corong) = W1 gr
-
Alat diletakan pada dasar yang rata dengan
botol dibawah, keran ditutup dan diis ipasir secukupnya secara pelan-pelan.
-
Keran dibuka, botol diisi secukupnya denganpasir
-
Tutupkerandandibersihkandarikelebihanpasir,
-
Timbangalat (botol + corong +
pasirsecukupnya) = W2 gr
2. Menentukan
berat pasir dalam corong
-
Alat diletakan pada alas yang rata (kaca)
dengan corong dibawah
-
Buka keran pelan-pelan hingga corong
terisi penuh
-
Tutup keran kemudian alat diangkat,timbang
alat yang berisi pasir = W3gr
3. Menentukan
berat isi tanah
-
Letakan plat sand cone di atastanah yang
akan diuji kepadatannya
-
Gali tanah dalam lingkaran plat sand cone
kurang lebih sedalam 10cm
-
Seluruh tanah galian dimasukan kedalam container
yang sudah ditimbangW4 gr, timbang container dantanahW5 gr
-
Timbang alat sand cone dan pasirW6 gr
-
Letakan alat sand cone diatas pelat sand
cone yang sudah digali tanahnya dengan corong menghadap ke bawah, buka keran pelan-pelan
sampai pasir berhenti mengalir, tutup kembali keran dan timbang alat dengan sisapasir
didalamnyaW7 gr
-
Ambil sedikit tanah dalam kaleng dan ukur kadar
airnya w%
4. Menentukan
volume alat sand cone (botol)
-
Bersihkan alat sand cone dari pasir
-
Isi alat sand cone dengan air hingga penuh
(sapai di keran)
-
Timbang alat sand cone yg sudah terisi air
W8 gr
-
Berat air dalambotolW8– W1 = W9
-
Hitung volume air dengan berat air W9 yang telah diketahu
imenggunakan rumus yang telah ditentukan
iii.
PERHITUNGAN
1. Isi
botol = berat air = (W7 – W1 ) cm3
2. Berat
isi pasir γp =
gr
3. Berat
pasir dalam corong = (W2 – W3)gr
4. Berat
pasir dalam lubang = (W6– W7)-(W2–W3) = W10 gr
5. Isi
lubang =
= Vecm3
6. Berat
tanah = W5 – W4gr
7. Berat
isi tanah = γb =
gr/cm3
8. Berat
isi kering = γd =
x 100%gr/cm3
9. Derajat kepadatan dilapangan
D=
x
100%
iv.
HASIL PENGUJIAN
2.5
UJI
CBR LABORATORIUM
California Bearing Ratio (CBR)
perbandingan antara beban percobaan (test load)
dengan beban standar ( standar load) dan dinyatakan dalam persen. CBR dinyatakan
sebagai tanah standar yang dibandingkan dengan CBR bernilai 100%.
Semakin besar nilai CBR itu maka semakin tipis lapis perkerasan yang
dibutuhkan. CBR bisa di bagi
menurut cara melakukan pengujian, yaitu CBR lapangan dan CBR laboratorium. CBR lab dapat dibagi menjadi 2 yaitu, CBR rendaman dan CBR tanpa rendaman.
CBR rendaman =
representasi dari nilai CBR tanah dasar saat jenuh dan pengujian cbr didahului
dengan cara pemadatan. Bila pengujian CBR
tidak di rendam maka setelah pemadatan langsung di uji dengan alat CBR,
bila tidak di rendam maka tanah di rendam 4 kali 24 jam dan di selingi
dengan menghitung swelling. CBR lab di pakai sebagai dasar perencanaan. Dan CBR
lap di pakai sebagai dasar peningkatan kepadatan tanah setelah proses pemadatan
dan di katakana layak bila nilai minimumnya 95%.
Nilai
CBR lab di tentukan melalui pada
beban penetrasi 1” dan 2” dan
dihitung dengan persamaan berikut :
Untuk penetrasi 1” : CBR(%) =
Untuk prenetasi 2” : CBR(%) =
Dimana P1 (kN/ine2) adalah
benda uji pada penetrasi 1”, P2 (kN/ine2) adalah benda uji pada
penetrasi 2”, 1000 adalah beban standar pada penetrasi 1 dan 1500 bban standar
dari penetrasi 2” dan 3 (ine2) adalah luas dari permukan piston
penekan. Nilai CBR yang di pakai adalah tergantung dari kedua nilai pentrasi
siapa yg lebih besar itu yang di pakai.
CBR design adalah CBR maksimum dari satu
sempel tanah yang dapat direkayasa
melalui proses pemadatan di lab. Dengan melakukan pengujian dengan
penumbukan sebanyak 15 x, 35 x, dan 65 kali per sempel tanah dan perlapis dari masing
masing sempel.
i.
ALAT
DAN BAHAN
1. Mesin
Penetrasi (Loading Machine)
2. Cetakan
logam berbentuk silinder
3. Piringan
pemisah dari logam (spacer dish)
4. Alat
penumbuk sesuai dengan pemadatan pada standar atau modified
5. Keping
Beban dengan berat 2,27 kg (5pound), diameter 194,2 mm (
) dengan lubang tengah diameter 54.00mm.
6. Torak
Penetrasi dari logam
7. Satu
buah arloji beban dan satu buah arloji pengukur penetrasi.
8. Alat
Timbang (balance) dengan ketelitian 5 gram.
9. Peralatan
lain seperti talam, alat perata, tempat untuk merendam.
ii.
LANGKAH
KERJA
1. Bahan
tanah beratnya kira-kira 5 kg disiapkan untuk dicampur dengan air dengan kadar
air yang dikehendaki, dan juga ingat untuk menimbang tanah sebelum atau sesudah
dicampur air untuk nanti mencari kadar air.
2. Kemudian
jika sudah kita lanjut dengan penumbukan dengan alat penumbuk sama halnya
dengan uji proctor namun disini pukulannya bertambah yaitu 15,35,65 x pukulan.
3. Jika
sudah lepas sample tanah dari cetakan logam silinder setelah penumbukan. Jika
kita ingin membuat CBR desain soaked( rendaman), maka setelah sample dilepas
dari cetakan langsung sample tersebut di uji lagi dengan swelling.
4. Sample
tanah direndam didalam air untuk membuat tanah sangat jenuh yg berfungsi untuk
mengetahui nanti seberapa lemah kepadatan tanah tsb.
5. Kemudian
setelah 4 hari sample tanah dilepas dan tunggu 15 menit untuk air bebas keluar
dari cetakan swelling untuk langsung di uji penetrasi CBR .
6. Keping
pemberat diletakkan diatas permukaan benda uji atau sample
7. Pasang
sample tanah pada alat penetrasi dan diatur torak penetrasi permukaan benda uju
sehingga arloji beban permukaan. Pembebanan permukaan ini ini diperlukan untuk
menjamin bidang sentuh yang sempurna antar torak dengan permukaan benda
uji.kemudian arloji diatur menjadi nol.
8. Kemudian
dihidupkan alat penetrasi dan dicatat dial reading dengan melihat penetration
nya dan akhirnya bisa dicari berapa loadnya untuk dibuat grafik antara
penetration dengan load.
iii.
HASIL PENGUJIAN
2.6
PENGUJIAN CBR LAPANGAN
i.
Pengertian
CBR
CBR ( California Bearing Ratio ) adalah
suatu perbandingan antara beban percobaan
( test load ) dengan beban
standar ( standard load ) yang
dinyatakan dalam persen ( % ). Pengujian CBR di laboratorium dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui berapa CBR yang dapat direkayasa dilapangan melalui
proses pemadatan, dan CBR laboratorium ini digunakan sebagai dasar dalam
merencanakan perkerasan jalan. Nilai CBR di lapangan harus mencapai nilai
minimal 95 % dari nilai CBR laboratorium. Untuk mengevaluasinya dapat dilakukan
dengan cara melakukan pengujian DCP ( Dinamic Cone Penetrometer ).
Untuk mendapatkan kepadatan maksimal
dilapangan, proses pemadatan harus dilakukan perlapis dengan kadar air optimum
seperti proses pemadatan di laboratorium dengan tebal perlapisannya antara 20 –
30 cm. Ada 2 macam alat yang digunakan untuk mengetahui CBR, yaitu DCP (
Dinamic Cone Penetrometer ) dan pengujian CBR lapangan. Namun pada pelaksanaan
praktek, kami menggunakan DCP saja. Alat DCP ini merupakan alat yang praktis
namun pada material tanah yang berbatu seperti sirtu atau limestone kurang baik
digunakan karena dapat memberikan hasil pembacaan yang kurang tepat bila ujung
conus menemui butiran keras pada saat dipukul.
ii.
Alat
DCP (Dinamic Cone Penetrometer )
Satu
set peralatan DCP dilengkapi dengan :
a. Pemegang
b. Pelurus
c. Palu
penumbuk
d. Baut
pembatas mistar
e. Landasan
penumbuk
f.
Mistar ukur
g. Batang
penetrasi
h. Pelurus
mistar ukur
i.
Baut penjepit
j.
Konus
iii.
Pelaksanaan
1. Letakkan
alat yang sudah dirakit diatas permukaan tanah yang akan diuji. Alat harus
dalam posisi tegak lurus
2. Baca
posisi awal penunjukkan mistar ( X0 ) dalam satuan mm terdekat.
Posisi bacaan awal tidak harus 0 (nol). Masukkan nilai X0 ini dalam
kolom kedua pada format laporan.
3. Angkat
penumbuk sampai menyentuh pemegang, lalu jatuhkan sehingga menyentuh landasan,
lakukan sebanyak 5x tumbukan
4. Baca
posisi mistar ukur ( X0 mm ) setelah penetrasi. Masukkan niali X1
pada format laporan kolom kedua untuk tumbukan pertama ( n = 1 pada baris kedua
)
5. Ulangi
langkah C dan D sampai batas kedalaman yang diteliti, kemudian masukkan
datanya. Pada saat praktek kami melakukannya sebanyak 10x ( X1 sampai X10 )
iv.
Hasil Pengujian
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum pengujian tanah lapangan ini, penyusun dapat menyimpulkan bahwa dalam prosedur pengambilan sampel maupun pengeboran untuk
mengetahui daya dukung tanah haruslah dengan sesuai dengan arahan dosen pembimbing maupun teknisi lapangan karena dapat berpengaruh
pada sampel yang akan diambil nantinya. Dalam pencatatan dan pengolaan data pada saat praktek haruslah
dengan teliti karena bila kita salah dalam pencatatan maupun pengolahan
data maka hasil yang akan di dapat tidak akan
sesuai dengan sebenarnya. Karena kemampuan manusia dalam berkomunikasi dan menerima informasi
berbeda-beda, tergantung proses menyimak dan kerja
otak manusia tersebut dalam mengelola informasi yang diterimanya. Begitu pula halnya dalam pengerjaan laporan ini, penulis menyadari pasti ada hal-hal
yang tidak tercantumkan yang cukup penting dalam laporan ini yang tentunya
berguna. Laporan ini pada dasarnya untuk
menguatkan kembali ingatan pada mahasiswa mengenai praktik yang baru saja
dilakukan dan tidak cepat lupa akan apa-apa saja yang telah mereka
kerjakan.
Didalam
laporan ini telah dicantumkan mengenai alat, bahan, dan
prosedur kerja dalam menyelesaikan setiap job yang telah diberikan. Simpulan
dari setiap uji yang
saya laksanakan yaitu pada Proctor kita mencari kadar air dengan berat isi
kering, pada uji permeabilitas saya mencari koefisen rembesan dari tanah tersebut, dari uji konsolidasi saya dapatkan
angka pori terhadap tekanan yg diberikan terhadap sample tanah, pada uji CBR
desain saya dapatkan nilai CBR yg digunakan untuk membandingkan dengan nilai
CBR 100%, untuk CBR lapangan saya dapatkan hubungan beban pukulan dengan
penetrasinya dalam bentuk cm. Begitulah
laporan ini disusun, tentu
kurang dan salahnya masih banyak dan itu semua karena kami masih dalam tahap
belajar.Untuk perbaikan laporan ini penulis sangat mengharapkan keritik dan
saran dari para pembaca,atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
B. Saran
Adapun
saran yang dapat saya berikan adalah agar setiap kelompok lebih kompak
dalam bekerja dan dilakukan pembagian pekerjaan dan pergantian posisi agar
mahasiswa paham terhadap materi dan praktek yangdiberikan. Saya
menyarankan setiap mahasiswa hendaknya
aktif
dalam praktek agar mengetahui apa saja yang dilakukan setiap praktek
dilaksanakan. Sehingga tidak hanya segilintir mahasiswa saja yang mengerti pada
setiap job yang dikerjakan dan dosen hendaknya aktif untuk memberi arahan kepada mahasiswanya
dikarenakan kami belum banyak mengetahui materi-materi yang diberikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar